Puluhan warga dari Tanah Galian,Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur berkumpul di seberang Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, untuk menyuarakan aspirasi mereka, Rabu (24/7/2019). Mereka menuntut keadilan soal ganti rugi pembebasan lahan terdampak proyek pembangunan . "Jadi mereka pernah berjanji kepada kami bahwa kami bisa pindah dari sana dengan senyum, beli rumah pasti bisa, dan tidak ada kekurangan apapun," ucap Boksan Hutajulu, koordinator aksi, Rabu (24/7/2019).
Namun, janji tersebut ternyata tidak ditepati oleh PT PSBI dan BPN, dimana melalui tim appraisal atau penafsir harga, mereka telah menentukan nilai ganti rugi yang tidak sesuai dengan keinginan warga. "Bulan Mei kemarin kami diundang oleh PSBI untuk mengetahui nilai ini dari tim appraisal. Awalnya kami senang, tapi ternyata disana haraganya tidak sesuai," ujarnya. Ia menjelaskan, harga tersebut tidak sesuai lantaran tim appraisal hanya memperhitungan nilai bangunan saja.
Sedangkan, harga tanah yang dimiliki oleh warga tidak diperhitungan oleh tim tersebut. "Contohnya, bangunan seluas 120 meter persegi hanya dibayar oleh mereka sebesar Rp 68 juta saja," kata dia. Boksan pun menyebut, sebanyak 300 Kepala Keluarga (KK) di lokasi tersebut terancam tidak memiliki tempat tinggal lantaran tidak memiliki uang untuk membeli rumah baru.
"Warga enggak tahu mau gimana lagi, mau pindah juga enggak bisa karena enggak bisa beli rumah dengan harga itu," kata Boksan. Bahkan, ia pun mengatakan, beberapa orang warga mendapat intimidasi sehingga terpaksa menyepakati nilai ganti rugi yang diajukan. "Jadi satu per satu di telepon, ditanya apakah menyetujui harga yang diberikan atau tidak. Bila menerima bisa langsung diambil di kantor dan kalau menolak silahkan ambil ke pengadilan," ucapnya.
"Warga yang enggak tahu hukum pun akhirnya terpaksa menerima," tambahnya. "Kami menuntut kepada Presiden RI bahwa warga Tanah Galian minta ldbih dihargai oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab karena sekian hektar lahan kami akan dipakai tapi penbayarannya tidak sesuai keinginan kami," ujarnya.